(Disclaimer
: Murni pengalaman pribadi, dan semoga bisa menginspirasi)
Masa
pandemik COVID-19 menjadikan kita semua harus dapat beradaptasi dengan keadaan
yang sebelumnya belum pernah kita rasakan, bahkan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya
sama sekali. Begitupun yang saya rasakan, setelah lulus menjadi Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada akhir tahun 2019 lalu, seperti kebanyakan fresh
graduate lainnya, saya mencoba untuk melamar pekerjaan. Namun, COVID-19 mulai
menginfeksi masyarakat Indonesia pada awal tahun 2020. Pekerjaan yang saya coba
lamar pun diundur pengumumannya sampai dengan batas waktu yang belum
ditentukan. Karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan saya untuk
bekerja, akhirnya saya terjun menjadi relawan COVID-19. Banyak ilmu yang saya
dapatkan dari pengalaman menjadi relawan bersama salah satu organisasi
komunitas Kesehatan Masyarakat Indonesia. Selain menjadi relawan, untuk mengisi
waktu senggang di rumah, saya mengikuti banyak course online yang diadakan oleh banyak instansi terkemuka di
dunia.
Dalam pemikiran saya, rasanya banyak inovasi2 dan tema2 penelitian
yang muncul (maaf, banyak gaya, hehe). Tercetuslah ide, bagaimana jika saya melanjutkan pendidikan
ke jenjang pascasarjana, yang linier dengan pendidikan saya sebelumnya.
Walaupun saya sendiri sering merasa insecure, dengan pertanyaan yang sering muncul dibenak saya, tentang apakah saya bisa
bertahan dan berada di lingkungan akademisi yang notabenenya pasti terdiri dari
orang-orang yang hebat.
Dengan
mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya mulai mencoba cek website
universitas-universitas negeri yang ada jurusan kesehatan masyarakatnya. Saya
juga mengecek apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk ikut seleksi
pascasarjana di universitas negeri. Akhirnya, (dengan modal nekat, hehe) saya
mencoba ikut seleksi di Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada dan
Universtas Indonesia. Kebetulan universitas tersebut sedang membuka ujian
mandiri untuk pascasarjana dan kebetulan juga ada jurusan kesehatan
masyarakatnya. Saya mulai mendaftar dan mulai mencoba memenuhi persyaratan2
yang diminta untuk bisa ikut seleksi pascasarjana. Setelah menyelesaikan
semuanya, akhirnya saya sampai pada tahap untuk membayar biaya seleksi
(finalisasi). Ketika akan membayar biaya seleksi pascasarjana di UGM dan UI, ibu
saya angkat bicara soal harapannya tentang jenjang Pascasarjana ini (padahal
sudah ikut TO tes PAPS UGM, dan hasilnya lumayan, hehe). Sampai akhirnya, saya
membatalkan pembayaran seleksi tersebut, karena saya tidak mendapatkan restu
dari Ibu saya. Ibu saya lebih merestui saya agar dapat mencoba untuk
menyelesaikan pendaftaran ke UNPAD terlebih dahulu, dikarenakan jarak yang lebih dekat dengan
rumah, sehingga bisa lebih mudah jika terdapat keperluan yang mendesak.
Akhirnya, saya meneruskan untuk daftar ke UNPAD sebagai calon mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat.
(Hasil TO tes PAPs di UGM)
Setelah
melengkapi persyaratan untuk mengikuti seleksi, saya dan rekan-rekan yang
lainnya dikumpulkan di sebuah group WA (karena saat ini, semua kegiatan
harus dilaksanakan secara daring). Di
group tersebut kita semua diberikan informasi serta dijelaskan tahapan-tahapan
selanjutnya yang harus kita tempuh.
Dimulai
dari pra wawancara, yang dipimpin langsung oleh ketua prodi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Padjajaran. Saya
dapat merasakan tambahan energi positif, meskipun ini merupakan tahap awal yang
saya jalani. Tapi entah kenapa, semangat untuk belajar dan berjuang, terpancar
dari wejangan-wejangan yang beliau berikan kepada kami.
Dimulai
dari sini lah, Allah menunjukkan hal-hal yang selama ini menjadi doa-doa saya
di setiap waktu.
Saya
ingat betul ketika beliau berkata, “Kalian tuh kalau keterima pada hebat, yang
lulusan kesmas, kesling S1 nya, pascasarjana bisa di FK, hehe”. Seketika saya
langsung ingat perjuangan waktu lulus SMA, pengen banget sekolah di FK, sampe
menunda kuliah, ikut SBMPTN 3 kali, ikutan seleksi ke universitas2 swasta yang
ada FK nya sampai akhirnya menyerah karena biaya kuliah di FK universitas
swasta yang mahal.
Pas pra wawancara kami memperkenalan diri, pesertanya lumayan banyak, dan ternyata yang fresh graduate cuman sendiri. Hafal dong ketua prodi, sama fresh graduate yang sendirian ini. Ketua prodi bilang, “Itu tuh yang fresh graduate sendiri, coba ikutan fast track, kalau mau dan punya komitmen yang kuat kita pihak dari UNPAD akan sangat membantu” kaget banget! Waktu sebelum lulus S1 pernah nyoba2 cari tau untuk beasiswa fast track, tapi minder karena kayanya belum bisa memenuhi syaratnya, tapi disaat engga kefirian sama sekali untuk ikutan fast track, Allah kasih jalan, Masya Allah! Tabarakallah!
Pada
tanggal 13 Juli 2020, di group WA akhirnya di share jadwal untuk seleksi
wawancara. Di persyaratan kami semua diwajibkan untuk membuat statement of
purpose. Nah! Di dalamnya saya sisipkan role mode, salah satu peneliti di UNPAD
yaitu bpk Fedri Ruluwedrata Rinawan, dr., M.Sc.PH, PhD beliau adalah sosok di
balik aplikasi “iPosyandu”. Kenapa saya memilih beliau menjadi role mode? Karena
kita sama2 menciptakan aplikasi, walaupun aplikasi yang saya ciptakan banyak
kurangnya hehe. Tibalah saat
jadwal wawancara keluar, pas baca jadwalnya, ternyata penguji saya, nanti di
sesi wawancara itu beliau, OMG!!! Kelar dehhhhhh (pikir
saya) ~
(Wawancara
pun tiba) Pada saat wawancara hal yang saya takutkan adalah : 1. Wawancara pake
bahasa Inggris (walaupun engga keseluruhan), 2. Ditanya2 tentang penelitian, 3. Ditanya2 masalah metlit atau
statistik, dan 4. Di wawancara sama doktor2 muda yang sekolah di luar negeri
(takutnyanya idealis, termasuk bpk Fedri, perkiraan saya, hehe). Ternyata semua
hal yang di takutkan terjadi! Ngerasa bener2
engga pede pokoknya, sangat berusaha untuk menjawab dengan semaksimal mungkin,
tapi di akhir sesi wawancara beliau2 bilang “Ulya, mau gabung sama kami di pusat
studi ?”, “Ulya ada cita2 engga buat jadi dosen atau peneliti ?", kaget
banget lagi! Disaat sering ngerasa insecure sama diri sendiri, dan mengubur
mimpi2 itu, Allah kasih jalan lagi lagi dan lagi!!! Masya Allah! Tabarakallah!
(Hari
pengumuman pun tiba) Tanggal 24 Juli 2020 adalah hari yang paling ditunggu-tunggu!!! Dari jam 24.01 WIB udah ngecek website (saking deg2an nya). Ternyata
belum ada. Dicek setiap 1 jam sekali, sampe siang, sore belum kunjung ada. Di
group WA camaba yang lainnya pun gelisah menunggu pengumuman kelulusan. Malam
pun tiba, pengumuman belum kungjung keluar. Akhirnyaaaaa pukul 22.03 WIB
pengumuman bisa di akses. Dan inilah isi pengumuman itu, taraaaaa …
ALHAMDULILLAH, LOLOS !!!
Eeeiiitttssss
tapi jangan salah! Dibutuhkan perjuangan yang luar biasa untuk bisa mendapatkan
hasil tersebut. Mulai dari harus bisa menerima kenyataan pindah sekolah ke
swasta, belajar 1000× kali lebih keras dari pada temen2 yang lain, sering
ngerjain tugas sampe engga tidur, beli buku sampe jutaan, konsultasi sama dosen
yang engga ada habisnya, dan tentunya lika-liku lainnya (termasuk bersabar
dalam penantian selama kurang lebih 6 tahun lamanya). Berat sih, tapi hasilnya
luar biasa.
Dari
semua cerita yang saya share, intinya cuman satu : “Allah tahu kapan waktu paling
tepat untuk do’amu diijabah” ❤ Tetap semangat
untuk kalian yang lagi berjuang untuk sekolah dan mendapatkan beasiswa, harus
yakin pasti Allah kasih hasil yang terbaik atas usaha2 yang telah kalian lakukan.
Berjuang semaksimal mungkin, berdoa semaksimal mungkin, dan jangan pernah putus
asa. Perjuangan saya juga baru dimulai lagi, semoga Allah senantiasa memberikan
kemudahan dan kelancaran, aamiin...
DOAIN YAA! FIGHTING !!!